Saat Ayah Pergi.....


Malam itu tepat tanggal 10 Agustus 2017, dini hari pukul 12.30 aku memeluk Ayahku sambil menangis terisak.
Ku telp tetanggaku, ku telp Adikku, ku telp Ale, ku telp Abdi, ku telp Kaka Fadhel, ku telp semua teman-teman lelakiku namun mereka tak menjawab satupun.
Dan pd malam itu, adikku tidur dirumah om yg kebetulan sedang berangkat haji.
Jujur, aku panik. Aku takut tidak bisa menerima keadaan nanti. Aku menangis terus sampai sepupu, tante dan omku datang.
Sepanjang malam di rumah sakit aku tak tidur terus menangis memanggil² Ayah, Ayahku meneteskan airmata namun sudah tak bs merespon.
Malam itu, aku berdoa bahkan sampai ingin meminta negosiasi kepada Allah jika dibolehkan.
Aku meminta agar jangan dulu mengambil kembali Ayahku.
Sepanjang malam aku menangis dan berdoa hingga adikku datang, lalu ibuku datang pada shubuh hari. Kami semua menangis terisak.
Kami tak menyangka akan datang secepat ini.
Hingga suster pun memberitahu kami utk segera mengumpulkan keluarganya.
Dan tepat pukul 08.55 WITA Ayahku menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli.
Ibuku pingsan, adikku menangis dan akupun berteriak. Rasanya sakit lebih sakit dari apapun, sesak, dan rasanya sampai sekarang aku masih tak percaya.
Beberapa menit kemudian pun aku menenangkan Ibuku dan harus beranjak menjemput adik²ku dipesantren.
Karena keluarga sibuk semua mengurusi ini itu. Masih dengan cucuran air mata, aku mengirim pesan kepada Ale, namun ia tak menjawab. Lalu aku mengirim pesan kepada Kaka Fadhel yg waktu itu masih menjadi informan skripsiku. Aku memintanya menemaniku menjemput adikku, rasanya dunia ini hancur, rasanya aku tak ingin berbicara dengan siapapun. Namun dia menenangkanku, memberikan nasihat. Dan menceritakan hal yg sama pun terjadi kepadanya.
Hari itu, siapapun yang bicara aku sama sekali tak ingin mendengarnya.
Sampai ia berkata
"Fani, ada pernah orang bilang sama sy. Ayahmu itu tidak meninggalkanmu, ia cuma pergi ke alam lain. Cepat atau lambat kau juga nanti menyusul Ayahmu"
Aku pun menahan tangisku, karena aku tak ingin terlihat sedih didepan adik-adikku.
Aku bingung, aku gak tau harus bagaimana. Pikiranku hari itu sungguh kacau. Aku belum makan, aku tidak tidur dan aku menangis semalaman.
Sampai Ayahku dimakamkan, aku berusaha menahan tangisku.
Semenjak hari itu, aku tidak ingin sekali berada dirumah. Semua org berdatangan dan bertanya, karena hanya aku yg mengetahui kejadiannya jadi setiap yang datang pasti bertanya kepadaku. Rasanya aku ingin kabur saja, aku tak sanggup jika harus menangis terus.
Sampai hari terakhir ta'ziah dirumah, aku memberanikan diri utk pergi keluar rumah dengan alasan rapat.
Masih menggunakan pakaian hitam, aku berangkat ke Rumah Baca Mapande utk rapat bersama komunitas #TIME (Tolitoli Melakukan). Setidaknya aku sedikit terhibur bisa melihat mereka bercanda tawa.


Semenjak hari itu, rasanya rumah begitu hampa. Begitu sepi.
Aku sama sekali tak menyangka, Ayahku yg sedang dalam keadaan sehat dan baik-baik saja tiba-tiba Allah panggil.
Bahkan untuk meminta maaf, untuk berterimakasih pun aku tak sempat.


Ah sudah, aku tak sanggup lagi menceritakannya.
Yang jelas aku sangat merasa kehilangan semenjak kepergiannya dan selalu menangis terisak hingga hampir kambuh sesak nafas.
Aku rindu, sangat rindu.
Ayahku yg selalu memanjakanmu dan selalu menganggapku sebagai putri kecilnya.
Semoga Ayah tenang disana😇🙏

0 komentar:

Posting Komentar